Rabu, 12 Juni 2013

Cerita Misteri Dibalik Meninggalnya PresidenSoekarnoIr. Soekarnoadalah Presiden Indonesia pertamayang menjabat pada periode 1945–1966.Iamemainkan peranan penting untuk memerdekakanbangsa Indonesia dari penjajahanBelanda.Soekarno adalah penggali Pancasila karenaia yang pertama kali mencetuskan konsepmengenai dasar negara Indonesia itu dan ia sendiriyang menamainya Pancasila. Soekarno lahir diSurabaya Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal diJakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahunKesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejakbulan Agustus 1965.Sebelumnya, ia telahdinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernahmenjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961dan 1964.Prof. Dr. K. Fellinger dari FakultasKedokteran Universitas Wina menyarankan agarginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknyadan lebih memilih pengobatan tradisional.Ia masihbertahan selama 5 tahun sebelum akhirnyameninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 diRSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) GatotSubroto, Jakarta dengan status sebagai tahananpolitik.Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD keWisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna SariDewi.Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutinterhadap Soekarno sempat dilakukan oleh DokterMahar Mardjono yang merupakan anggota timdokter kepresidenan.Tidak lama kemudiandikeluarkanlah komunike medis yangditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. MaharMardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr.(TNI AD) Rubiono Kertopati.Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagaiberikut:1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakinmemburuk dan kesadaran berangsur-angsurmenurun.2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir.Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudianpada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.3. Tim dokter secara terus-menerus berusahamengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno hingga saatmeninggalnya.SoekarnoWalaupun Soekarno pernah meminta agar dirinyadimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namunpemerintahan Presiden Soeharto memilih KotaBlitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakamanSoekarno.Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RINo. 44 tahun 1970.Jenazah Soekarno dibawa keBlitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkankeesokan harinya bersebelahan dengan makamibunya.Upacara pemakaman Soekarno dipimpinoleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabeansebagai inspektur upacara.Pemerintah kemudianmenetapkan masa berkabung selama tujuh hari.Meninggalnya sang proklamator kemerdekaanIndonesia sampai sekarang menyisakan misteri.Perawatan penyakit, masalah pemakaman danpembatasan keluarga Soekarno sampai sekarangmenjadi cerita yang tidak pernah selesai danmenjadi kontroversi dan misteriKesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejakbulan Agustus 1965. Sebelumnya, ia telahdinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernahmenjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari FakultasKedokteran Universitas Wina menyarankan agarginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknyadan lebih memilih pengobatan tradisional. Ia masihbertahan selama 5 tahun sebelum akhirnyameninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 diRSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) GatotSubroto, Jakarta dengan status sebagai tahananpolitik.Jenazah Soekarno pun dipindahkan dariRSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh RatnaSari Dewi. Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaanrutin terhadap Soekarno sempat dilakukan olehDokter Mahar Mardjono yang merupakan anggotatim dokter kepresidenan. Tidak lama kemudiandikeluarkanlah komunike medis yangditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. MaharMardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr.(TNI AD) Rubiono Kertopati.Namun jauh sebelum pertemuan itu, Kartonobertemu Wu Jie Ping, dokter yang pernahmerawat Soekarno di Hong Kong. Wumengungkapkan bahwa Soekarno hanyamengalami stroke ringan akibat penyempitansesaat di pembuluh darah otak saat diberitakansakit pada awal Agustus 1965, dan sama sekalitidak mengalami koma seperti isu yang beredar. Inimenepis spekulasi bahwa Soekarno tidak akanmampu menyampaikan pidato kenegaraan padaperingatan hari proklamasi 17 Agustus 1965. Dannyatanya, Soekarno tetap hadir pada peringatandetik-detik proklamasi 17 Agustus itu di IstanaMerdeka, lengkap dengan tongkat komandonya.Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subrotodipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragamdan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapatitik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalahbanyaknya, petugas keamanan berpakaian premanjuga hilir mudik di koridor rumah sakit hinggapelataran parkir.Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa.Kabar yang berhembus mengatakan, mantanPresiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit inidari rumah tahanannya di Wisma Yaso yanghanya berjarak lima kilometer.Derik-detik menjelang kematian Soekarno dimulaketika di dalam ruang perawatan yang sangatsederhana untuk ukuran seorang mantan presiden,Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudahbeberapa hari ini kesehatannya sangat mundur.Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangatberkuasa ini terus memejamkan mata. Suhutubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidakdirawat secara semestinya kian menggerogotikekuatan tubuhnya. Lelaki yang pernah amatjantan dan berwibawa—dan sebab itu banyakdigila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang takubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagiwajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigigingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racuntelah menyebar ke mana-mana. Bukan hanyabengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaanbulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihirjutaan massa dengan pidato-pidatonya yangsangat memukau, kini hanya terkatup rapat dankering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar.Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulusanggup meninju langit dan mencakar udara, kinitergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkantentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikanayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampumembuka matanya, kedua mata Mega menitikkanairmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ketelinga manusia yang paling dicintainya ini. “Pak,Pak, ini Ega…” Senyap.Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidakmembuka. Namun kedua bibir Soekarno yangtelah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar,seolah ingin mengatakan sesuatu pada puterisulungnya itu. Soekarno tampak mengetahuikehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampumembuka matanya. Tangan kanannya bergetarseolah ingin menuliskan sesuatu untuk puterisulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuksekadar menulis. Tangannya kembali terkulai.Soekarno terdiam lagi.Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amatterpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kinimenitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itumenutupi hidungnya dengan sapu tangan. Takkuat menerima kenyataan, Megawati menjauh danlimbung. Mega segera dipapah keluar. Jarum jamterus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentaraterus berjaga.lengkap dengan senjata. Malamharinya ketahanan tubuh seorang Soekarnoambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Timdokter segera memberikan bantuan seperlunya.Keesokan hari, mantan wakil presiden MuhammadHatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini.Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiripembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati.Dengan segenap kekuatan yang berhasildihimpunnya, Soekarno berhasil membukamatanya. Menahan rasa sakit yang tak. terperi,Soekarno berkata lemah. “Hatta.., kau di sini..?”Yang disapa tidak bisa menyembunyikankesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannyaini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuattenaga memendam kepedihan yang mencabik hati,Hatta berusaha menjawab Soekarno denganwajar. Sedikit tersenyum menghibur. “Ya,bagaimana keadaanmu, No?”Hatta menyapanya dengan sebutan yangdigunakannya di masa lalu. Tangannya memeganglembut tangan Soekarno. Panasnya menjalarijemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan padaorang yang sangat dihormatinya ini. BibirSoekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah,dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatuyang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka.masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat hetmet jou…?” Bagaimana keadaanmu? Hattamemaksakan diri tersenyum. Tangannya masihmemegang lengan Soekarno. Soekarno kemudianterisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangisdi depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yangkehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampumengendalikan perasaannya. Pertahanannyabobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikutmenangis. Kedua teman lama yang sempatberpisah itu saling berpegangan tangan seolahtakut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersediabagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akanlama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnyasiksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini.Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusiayang tidak punya nurani. “No…” Hanya itu yangbisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampumengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahankesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya.terguncang-guncang. Jauh di lubuk hatinya, Hattasangat marah pada penguasa baru yang sampaihati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsippolitik antara dirinya dengan Soekarno tidakbersesuaian, namun hal itu sama sekali tidakmerusak persabatannya yang demikian erat dantulus. Hatta masih memegang lengan Soekarnoketika kawannya ini kembali memejamkanmatanya. Jarum jam terus bergerak. Merambatiangka demi angka.Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisiSoekarno yang sudah buruk, terus merosot.Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membukakedua matanya. Suhu. badannya terus meninggi.Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantaldan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno danputerinya yang masih berusia tiga tahun, Karina,hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekalipun melihat anaknya.Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salahseorang anggota tim dokter. kepresidenan sepertibiasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama duaorang. paramedis, Dokter Mardjono memeriksakondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorangdokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahuwaktunya tidak akan lama lagi. Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyutnadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masihada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya,memegang lengan dokternya. Mardjonomerasakan panas yang demikian tinggi dari tanganyang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panasitu terkulai. Detik itu juga Soekarnomenghembuskan nafas terakhirnya. Keduamatanya tidak pernah mampu lagi untukmembuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi.Kini untuk selamanya.De SoekarnoisasiDe-Soekarnoisasi adalah kebijakan yang diambiloleh pemerintah Orde Baru di bawah JenderalSoeharto untuk memperkecil peranan dankehadiran Soekarno dalam sejarah dan dari ingatanbangsa Indonesia.Langkah-langkah tersebut dilakukan antara laindengan jalan mengganti nama Soekarno yangdiberikan pada berbagai tempat atau bangunan diIndonesia. Misalnya, Stadion Gelora Bung Karnodiubah menjadi Stadion Utama Senayan, kotaSoekarnopura (sebelumnya bernama Hollandia)diubah namanya menjadi Jayapura, dan PuncakSoekarno diubah namanya menjadi Puncak Jaya.Selain itu, pada saat Soekarno meninggal,keinginannya untuk dikebumikan di Istana BatuTulis, Bogor tidak dipenuhi oleh pemerintah.Sebaliknya, Soekarno dikebumikan di Blitar, tempattinggal kedua orang tua beserta kakaknya, IbuWardojo.Upaya-upaya lain yang lebih fundamental dilakukandengan memperkecil peranan Soekarno dalammencetuskan Pancasila serta tanggal kelahiranpemikiran yang kemudian dijadikan ideologinasional pada 1 Juni 1945. Nugroho Notosusanto,yang merupakan sejarawan resmi Orde Baru danyang sangat dekat dengan militer, mengajukanpendapat bahwa tokoh utama yang mencetuskanPancasila bukanlah Bung Karno, melainkan Mr.Mohammad Yamin, pada tanggal 29 Mei 1945.Pendapat resmi inilah yang selalu dipegang selamamasa Orde Baru, dan dicoba ditanamkan lewatprogram P-4.Suported ByMy President My Hero

Tidak ada komentar:

Posting Komentar